Ujian Nasional Berbasis Komputer
Dunia pendidikan selalu bergerak maju dan akan terus begitu hingga tanpa batasan waktu. Otak dan kemampuan siswa akan terus diasah dengan segala jenis dari bentuk peradaban dunia yang kian bergulir.
Ujian nasional pertama kali dilaksanakan pada tahun 2005 berbasis manual dalam artian tidak menggunakan mesin, sepuluh tahun kemudian, yakni tahun 2015, sistem pendidikan di Indonesia sudah direvisi teknisnya. Contoh konkrit adalah pelaksanaan ujian nasional (UN). Saat ini, ujian nasional sudah berbasis komputer atau lebih dikenal dengan UNBK.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( KEMENDIKBUD) Totok Supriyatno mengatakan bahwa, jumlah peserta Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) mengalami kenaikan yang signifikan dibanding tahun sebelumnya. Jumlah peserta didik yang akan mengikuti UNBK pada tahun 2018 adalah sebanyak 6.293.552 orang atau meningkat drastis daripada UNBK tahun 2017 yakni hanya 3.659.696 peserta didik.
Sebagian besar dari siswa Indonesia setuju dengan sistem UNBK. Seperti kata Lailia Ilzha Hariyanti siswi SMAN 1 Lirik, Indragiri Hulu Riau "Saya sih setuju dengan Ujian Nasional Berbasis Komputer, karena itu akan membuat sekolah lebih maju, dan juga menambah pengetahuan murid-muridnya, yang dulunya hanya menggunakan kertas dan pensil, sekarang sudah menggunakan komputer. Ini juga yang akan membuat indexs sekolah menjadi bagus."
Tapi ada juga siswa yang menaruh kontra, dan inilah kata Ficky Galang Prasetya yang juga merupakan siswa SMA Negeri 1 Lirik, "Belum semua SMA/MA di indonesia memiliki fasilitas komputer, jika adapun belum lagi masalah beberapa komputer yang mungkin usianya cukup tua, dan terlalu berat untuk menjalankan aplikasi UNBK, tentu harus memperbaharui sistem ataupun komponennya. Jadi, kesimpulannya UNBK itu memakan biaya yang tidak sedikit"
Sebetulnya bagus bagi kita berpendapat akan sesuatu. Saya sendiri sangat setuju dengan program Ujian Nasional Berbasis Komputer ini karena lebih efisien dan mendorong menuju Indonesia yang lebih cemerlang. Masalah kekurangan komputer Mendikbud menyarankan agar dapat meminta pinjaman dari sekolah lain. Dan masalah biaya server pemerintah akan dengan segera menyikapi hal tersebut. Karenanya, masih ada dibeberapa daerah di Indonesia yang menerapkan sistem UNBKP. Untuk itu, mari kita telaah lagi mengenai perbandingan antara Ujian Nasional Berbasis Kertas Pensil (UNBKP) dan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)
Saat sistem Ujian Nasional di Indonesia masih berbasis kertas pensil, masalah konstan yang terjadi setiap tahunnya adalah kebocoran soal. Seperti yang terjadi pada tahun 2015 dimana 30 paket soal Ujian Nasional bocor dan media penyebarannya melalui Google Drive. Sehingga untuk ini, Mendikbud, Anies Baswedan sampai menyurati Google, inc. California, agar memblokir semua akses ke dokumen tersebut. Ini merupakan kejadian fatal yang sangat kecil kemungkinannya terjadi pada ujian berbasis komputer. Dimana semua berkas yang memuat soal soal ujian baru bisa diunduh 30 menit sebelum ujian dilaksanakan.
Selain itu, sebagai siswa siswi Indonesia sendiri, mari kita lihat dari segi pendanaan. Sebelum dilaksanakannya UNBK, Indonesia membutuhkan dana sebesar Rp135 miliar untuk penggandaan dan distribusi naskah soal ujian. Dan setelah dilaksanakannya UNBK, anggaran tersebut turun menjadi Rp35 miliar. Dengan ini Indonesia hemat Rp100 miliar.
"UNBK sangat berpengaruh pada anggaran penggandaan dan penyaluran naskah ujian. Dengan UNBK menghemat anggaran hingga 70 persen," ujar Sekretaris Balitbang Kemdikbud Dadang Sudiyarto di Jakarta, Kamis (15/3/2018).
Comments
Post a Comment